BOLAGILA, Jakarta – Jens Lehmann muncul di panggung sepak bola sebagai kiper menjanjikan. Dia menembus tim utama Schalke 04 pada musim 1988/1989 di usia 19 tahun.
Meski begitu, perjalanan Lehmann muda tidak melulu mulus. Dia mendapat pelajaran berharga pada laga melawan Bayer Leverkusen, Oktober 1993.
Dia tidak kuasa mencegah lawan mencetak tiga gol dalam tujuh menit di babak pertama melalui Ulf Kirsten (2)dan Paulo Sergio. Pelatih Jorg Berger kemudian menariknya keluar agar Lehmann muda tidak makin tertekan.
Berger kemudian mengijinkan Lehmann pulang. “Dia sangat terpukul. Saya harus melindungi kiper dalam situasi seperti ini,” katanya.
Lehmann menuruti permintaan tersebut. Dia semula mengira saudaranya Jorg menunggu di luar stadion. Jorg pernah menanti di gerbang dan menemani ke rumah sakit ketika dirinya terkena cedera serius setahun sebelumnya.
Namun kali ini batang hidungnya tidak terlihat. Akhirnya Lehmann berjalan ke stasiun kereta di saat rekan-rekannya masih bertarung di lapangan.
Sesampainya di stasiun, barulah Lehmann sadar dirinya tidak membawa uang. Beruntung dia melihat penggemar Schalke, yang juga memutuskan pulang lebih cepat karena kecewa performa tim kesayangan.
“Saya meminjam lima marks darinya. Saya mengenali bapak itu karena sering datang melihat tim latihan,” cerita Lehmann, dilansir DFB.
“Saya pulang ke Essen. Setibanya di rumah, saya menyalakan televisi dan melihat berita kekalahan 1-5 tim. Namun, saya tidak pernah melihat bapak itu untuk mengembalikan hutang,” sambungnya.
Pengalaman Terulang di Milan
Lehmann tumbuh kuat dari pengalaman tersebut. Dia terus mengasah kemampuan dan membawa klub menjuarai Piala UEFA 1997 dengan mengalahkan Inter Milan melalui adu penalti.
Sosok kelahiran Essen tersebut tampil heroik dengan mementahkan sepakan Ivan Zamorano dalam tendangan 12 pas.
Kinerja tersebut berbuah transfer ke AC Milan. Namun, dia kembali mendapat pengalaman serupa.
Dia salah mengantisipasi umpan silang sehingga berbuah gol bagi lawan kala menghadapi Cagliari. Daftar dosa Lehmann bertambah setelah menjegal Roberto Muzzi di area terlarang dan memberi lawan penalti.
Nakhoda AC Milan kala itu, Alberto Zaccheroni, sudah muak. Dia pun memasukkan Sebastiano Rossi. Keputusannya terbukti tepat karena Rossi mementahkan eksekusi Muzzi. Sayang I Rossoneri tetap takluk 0-1.