BOLAGILA – Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta akan membina dan memberikan teguran tertulis kepada SMA Binus Simprug. Teguran terkait kasus dugaan perundungan atau bullying yang dialami siswa berinisial RE (16).

“Kita lakukan pembinaan kepada sekolah. Saat ini yang akan kami lakukan adalah pembinaan dan juga teguran tertulis kepada kepala sekolah,” kata Plt Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Budi Awaludin saat dihubungi, Rabu (18/9/2024).

Budi mengungkapkan pihaknya sudah memanggil SMA Binus Simprug untuk dimintai klarifikasi. Permintaan klarifikasi berlangsung pekan lalu.

“Pihak Sudin memanggil pihak Binus untuk dimintain klarifikasi hari Kamis tanggal 12 September 2024 setelah ada laporan dari masyarakat via WA pada Hari Rabu tanggal 11 September 2024. Jadi laporan masuk ke Polisi lebih duluan dibanding proses mediasi yang dilakukan oleh Pihak Sudindik JS1. Karena kami tidak memperoleh informasi dari Pihak Binus terkait kejadian tersebut,” ujarnya.

Binus Bantah Ada Pengeroyokan

Yayasan Binus School Simprug membantah ada pengeroyokan terhadap siswa diduga korban bullying dan kekerasan berinisial RE oleh sejumlah siswa. Perwakilan yayasan, Dewi Susianti, menyebutkan hasil investigasi kejadian itu merupakan kesepakatan antarsiswa yang terlibat.

Hal itu disampaikan Dewi dalam rapat audiensi bersama Komisi III DPR di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (17/9). Dewi menjelaskan proses investigasi di lingkup internal kampus.

“Berdasarkan hasil keterangan investigasi kita internal, Pak, mungkin waktu itu bersamaan dengan laporan polisi yang orang tua anak korban. Kami juga melakukan investigasi secara terpisah terhadap anak-anak yang terlibat dalam toilet itu,” kata Dewi.

Dewi mengklaim peristiwa di toilet antara RE dan sejumlah siswa bukanlah pengeroyokan, melainkan duel tinju. Menurut dia, dalam kejadian itu juga ada pihak yang seolah menjadi wasitnya.

“Ya mereka mengatakan bahwa perkelahian itu adalah suatu kesepakatan gitu loh, Pak. Kesepakatan mereka mau bertinju lah gitu,” ucap Dewi.

“Nggak (pengeroyokan), Pak, satu lawan satu. Jadi seperti sepakat 5 detik, ya, nanti berhenti. Jadi ada jurinya gitu, Pak, ada wasitnya yang memberhentikan,” imbuhnya.

Cerita Siswa RE

RE menceritakan dia juga mengalami dugaan kekerasan seksual. Dia mengatakan hal itu dialaminya sejak bulan pertama sekolah.

“Sementara saya, saya hanya anak bangsa yang bisa berharap keadilan, dan mewakili para korban bullying di luar sana,” ujar RE dengan suara terisak dalam audiensi di ruang rapat Komisi III DPR di gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (17/9).

RE kemudian menceritakan dugaan ancaman oleh sejumlah siswa kepada dirinya. Dia menyebutkan dugaan ancaman itu membawa-bawa identitas orang tua siswa terduga pelaku yang merupakan pejabat pemerintahan, salah satunya ketua partai politik.

“Saya hanya diketawai setiap hari. Lalu sampai saya selalu dihina-hina setiap harinya, lalu sampai mereka mengancam saya. Mereka mengatakan kepada saya, ‘Lu jangan macem-macem sama kita, lu mau nyaman sekolah di sini, lu mau bisa kita nggak bully di sini, lu harus bisa ngelayanin kita semua. Lu tahu nggak bapak kita siapa, dia bapaknya ketua partai, bapak dia DPR, bapak dia MK‘,” ujar RE.

“Lalu sahabat dari ketua geng ini mengakui, ‘Lu jangan macem-macem, bapak gua ketua partai sekarang’. Bapak yang berinisial A, anak yang berinisial M mengaku dan mengatakan itu semua kepada saya,” lanjut dia.