BOLAGILA, Jakarta – Kasus kekerasan bersenjata di sekolah mendorong kebijakan yang aneh bagi para siswa. Mereka kini dilarang untuk membawa ransel alias tas punggung ke sekolah.
Itu pula yang berlaku pada Jaxon Williams. Siswa kelas 3 di Freeman Elementary yang tak lagi mengenakan tas punggung Trailmaker hitam dan hanya menggantungnya di belakang pintu rumahnya di Michigan dalam seminggu terakhir.
“Sudah resmi pensiun, seperti jersey,” kata ibunya, Ladel Lewis, anggota Dewan Kota, dikutip dari The New York Times, Rabu, 10 Mei 2023.
Jaxon dan lebih dari 2.800 siswa lainnya di 11 kampus di Sekolah Komunitas Flint tunduk pada larangan menggunakan ransel yang berlaku mulai minggu ini. Kebijakan yang didorong kekhawatiran pejabat distrik atas ancaman keselamatan siswa itu akan tetap berlaku setidaknya sampai akhir tahun ajaran pada pertengahan Juni 2023.
Setelah minggu pertama di bawah pelarangan, Lewis dan para orangtua lain di distrik itu menyatakan frustrasi dan skeptis, dengan mengatakan bahwa siswa yang bertekad tetap akan membawa senjata di balik pakaian mereka. Beberapa ahli juga mempertanyakan keefektifan larangan tersebut.
Larangan dengan mengecualikan membawa tas seukuran dompet kecil itu berlaku dua minggu setelah ancaman keamanan memaksa penutupan sekolah menengah di distrik tersebut selama dua hari. Pada pertemuan khusus Dewan Pendidikan Flint, para pendidik menyuarakan keprihatinan mereka yang semakin besar tentang keamanan sekolah setelah serangkaian penembakan sekolah di Amerika Serikat.
Tingkat Kekerasan Bersenjata di Sekolah Meningkat
Flint tak sampai mengalami insiden mengerikan itu. Tapi di distrik tetangganya, yakni Oxford, Michigan, sekitar 30 mil di luar Flint, terjadi kasus seorang siswa menembak dan membunuh empat teman sekelasnya di sekolah menengah pada 2021.
Anak-anak yang lebih kecil juga membawa senjata ke sekolah. Pada Januari 2023, seorang siswa kelas 1 berusia 6 tahun di Newport News, Virginia, menembak gurunya dengan pistol. “Dalam 15 tahun pelayanan saya di Flint Community Schools, saya tidak pernah merasakan apa yang saya rasakan sekarang,” Ernest Steward, direktur layanan siswa distrik, mengatakan pada pertemuan tersebut.
Kekhawatiran Steward atas keselamatan siswa itu dinilai valid, menurut Justin Heinze, seorang psikolog pendidikan di Sekolah Kesehatan Masyarakat University of Michigan yang berfokus pada pencegahan kekerasan di sekolah. “Tidak dapat disangkal bahwa jumlah penembakan dan tingkat keparahan penembakan meningkat di sekolah,” kata Dr. Heinze.
Laporan Pusat Statistik Pendidikan Nasional dan Biro Statistik Kehakiman pada 2022 mencatat total 93 penembakan di sekolah selama tahun ajaran 2020/21, tertinggi sejak 2000/01. Menurut Heinze, sekitar tiga persen siswa taman kanak-kanak hingga kelas 12 akan membawa senjata ke sekolah pada waktu tertentu.
Penggunaan Tas Ransel Transparan Tak Membantu
Dalam rapat dewan pada 25 April 2023, Steward mengusulkan agar ransel dilarang dipakai ke sekolah selama sisa tahun akademik. Ia beralasan bahwa ancaman terhadap sekolah menengah hanya satu insiden masalah yang ‘kami alami tahun ini terkait siswa yang membawa senjata ke dalam gedung kami dengan ransel’.
Dia juga mengklaim bahwa distrik itu sebelumnya pernah memberlakukan larangan serupa. Seiring lonjakan kasus kekerasan bersenjata yang terjadi di sekolah dan presiden yang mengaku tidak berdaya untuk mencegahnya, tindakan tambal sulam seperti itu, termasuk pelarangan tas punggung, dianggap semakin penting.
Larangan penggunaan ransel juga diluncurkan di komunitas lain baru-baru ini, termasuk yang diberlakukan minggu ini di sebuah sekolah dasar di Ocala, Florida, setelah seorang siswa membawa senjata mainan yang tampak nyata, kata juru bicara distrik tersebut. Dalam surat pada 27 April 2023, Kevelin Jones, pengawas di Flint, menulis bahwa ‘ransel memudahkan siswa untuk menyembunyikan senjata, yang dapat dibongkar dan lebih sulit untuk diidentifikasi atau disembunyikan’, tetapi ‘ransel bening tidak sepenuhnya memperbaiki masalah ini’.
“Dengan melarang ransel sama sekali dan menambahkan kehadiran keamanan yang meningkat di seluruh distrik, kami dapat mengontrol dengan lebih baik apa yang dibawa ke gedung kami,” tulisnya.
Tak Ada Bukti Valid soal Efektivitas Pelarangan Ransel
Heinze mengatakan tidak banyak bukti yang mendukung pelarangan tas punggung atau mandat yang jelas, mencatat bahwa hanya segelintir penelitian dalam 20 tahun terakhir yang melihat masalah ini secara mendalam. Sementara, Lewis mempertanyakan alasan larangan itu juga diberlakukan pada siswa sekolah dasar.
Imbas larangan itu, Lewis mengaku telah berhenti mengantarkan Jaxon ke sekolah dengan buku catatan, folder, dan pakaian ganti untuk kegiatan sepulang sekolahnya. Sementara, Chloe Combs, siswa kelas delapan di Akademi STEM Holmes di Flint, telah membawa makan siangnya ke sekolah setiap hari sejak taman kanak-kanak, kata ibunya, Sherese Combs.
Pada Senin pekan ini, Chloe (14) mengganti tas ranselnya yang memuat banyak ruang untuk buku dan bekal makan siang dengan tas seukuran seukuran dompet kecil yang hanya muat untuk wadah makan siang yang lebih kecil. Dia tidak bisa membawa makanan sebanyak itu, kata Ms. Combs, “tapi dia berhasil.”
Ms Combs menekankan bahwa orangtua harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa anak-anak mereka tidak membawa senjata ke sekolah. Dia menyatakan kekecewaan atas tindak antara dua orangtua selama penjemputan siswa di sekolah charter terdekat, dengan polisi negara bagian mengatakan seorang wanita telah menembak yang lain.
“Satu-satunya saat saya merasa nyaman adalah saat dia pulang dari sekolah,” kata Ms. Combs tentang Chloe. “Itu sangat menegangkan.”